Assalamualaikum wr wb
Dan yang terakhir mengenai hidup sehat ala Rasulullah adalah bagaimana cara Rasulullah tidur, berikut keterangannya yang saya ambil dari Rohis Al-Uswah.
“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah tidurmu diwaktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan.”(QS. Ar-Ruum: 23).
“Dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat.“ (QS. An-Naba’: 9).
Imam Ibnu Katsir berkata : “Yaitu termasuk tanda-tanda kekuasaan-Nya Allah menjadikan sifat tidur bagi kalian diwaktu malam dan siang, dengan tidur, ketenangan dan rasa lapang dapat tercapai dan rasa lelah serta kepenatan dapat hilang”.
Ya, tidur merupakan salah satu nikmat dari Allah. Rasulullah mengajari kita bagaimana tidur yang benar dan juga waktu-waktunya.
Pertama, Lebih baik, berwudhulah dulu baru tidur
Hal ini berdasarkan hadits Al Baro’ bin ‘Azib, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Jika kamu mendatangi tempat tidurmu maka wudhulah seperti wudhu untuk shalat, lalu berbaringlah pada sisi kanan badanmu” (HR. Bukhari no. 247 dan Muslim no. 2710)
Kedua, Tidurlah dengan berbaring pada sisi kanan
Hal ini berdasarkan hadits di atas. Adapun manfaatnya sebagaimana disebutkan oleh Ibnul Qayyim, “Tidur berbaring pada sisi kanan dianjurkan dalam Islam agar seseorang tidak kesusahan untuk bangun shalat malam. Tidur pada sisi kanan lebih bermanfaat pada jantung. Sedangkan tidur pada sisi kiri berguna bagi badan (namun membuat seseorang semakin malas)” (Zaadul Ma’ad, 1/321-322).
Imam al-Barkawi menyebutkan dalam bab petunjuk menuju taqwa dalam kitab al-Tariqa al-Muhammadiyya, “Tidak disukai tidur terlentang tanpa alasan yang jelas.” Imam al-Khadimi dalam komentarnya menambahkan, “Tidur dengan posisi terlentang adalah tidurnya para Rasul dan orang-orang yang merenungkan penciptaan langit dan bumi. (pada saat tidur tanpa atap di atas kepalanya);
Tidur dengan posisi miring ke kanan adalah tidurnya para ulama dan orang-orang yang taat beribadah, tidur dengan posisi miring ke kiri adalah tidurnya orang-orang yang suka sekali makan, dan tidur dengan posisi tengkurap adalah tidurnya setan dan orang-orang kafir.” (al-Bariqa al-Mahmudiyya fi Syarh al-Tariqa al-Muhammadiyya, 4: 177).
Ketiga, Meniup kedua telapak tangan sambil membaca surat Al Ikhlash (qul huwallahu ahad), surat Al Falaq (qul a’udzu bi robbil falaq), dan surat An Naas (qul a’udzu bi robbinnaas), masing-masing sekali. Setelah itu mengusap kedua tangan tersebut ke wajah dan bagian tubuh yang dapat dijangkau. Hal ini dilakukan sebanyak tiga kali. Inilah yang dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana dikatakan oleh istrinya ‘Aisyah.
Dari ‘Aisyah, beliau radhiyallahu ‘anha berkata,
“Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ketika berada di tempat tidur di setiap malam, beliau mengumpulkan kedua telapak tangannya lalu kedua telapak tangan tersebut ditiup dan dibacakan ’Qul huwallahu ahad’ (surat Al Ikhlash), ’Qul a’udzu birobbil falaq’ (surat Al Falaq) dan ’Qul a’udzu birobbin naas’ (surat An Naas). Kemudian beliau mengusapkan kedua telapak tangan tadi pada anggota tubuh yang mampu dijangkau dimulai dari kepala, wajah, dan tubuh bagian depan. Beliau melakukan yang demikian sebanyak tiga kali.” (HR. Bukhari no. 5017).
Membaca Al Qur’an sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ini lebih menenangkan hati dan pikiran daripada sekedar mendengarkan alunan musik.
Keempat, Membaca ayat kursi sebelum tidur dan dua ayat terakhir surah Al-Baqarah
- Ayat Kursi
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menugaskan aku menjaga harta zakat Ramadhan kemudian ada orang yang datang mencuri makanan namun aku merebutnya kembali, lalu aku katakan, “Aku pasti akan mengadukan kamu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam“. Lalu Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu menceritakan suatu hadits berkenaan masalah ini. Selanjutnya orang yang datang kepadanya tadi berkata, “Jika kamu hendak berbaring di atas tempat tidurmu, bacalah ayat Al Kursi karena dengannya kamu selalu dijaga oleh Allah Ta’ala dan syetan tidak akan dapat mendekatimu sampai pagi“. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Benar apa yang dikatakannya padahal dia itu pendusta. Dia itu syetan“. (HR. Bukhari no. 3275)
- Dua ayat terakhir Surah Al-Baqarah
Allah Ta’ala berfirman,
Artinya,
“Rasul telah beriman kepada al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Rabbnya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan),’Kami tidak membeda-bedakan antara seserangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya,’ dan mereka mengatakan,’Kami dengar dan kami ta’at.’ (Mereka berdoa),’Ampunilah kami ya Rabb kami dan kepada Engkaulah tempat kembali, [285]
’ Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa):”Ya Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami bersalah. Ya Rabb kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Rabb kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.[286]”
Keutamaannya kedua ayat tersebut
Mengenai keutamaannya, terdapat hadits yang diriwayatkan Ibn Mas’ûd RA., yang berkata, “Rasulullah SAW, bersabda, ‘Barangsiapa yang membaca dua ayat di akhir surat al-Baqarah pada sutu malam, maka ia (dua ayat itu) telah mencukupinya.” (HR.al-Bukhari)
Maknanya, mencukupinya dari semua kejahatan (alias terhindar darinya). Hal ini karena makna-makna agung yang dikandung oleh kedua ayat tersebut. Menurut pendapat lain, “Dua ayat itu cukup baginya sebagai pengganti shalat malam waktu itu.”
Kelima, Membaca do’a sebelum tidur.
Dari Hudzaifah, ia berkata,
“Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam hendak tidur, beliau mengucapkan: ‘Bismika allahumma amuutu wa ahya (Dengan nama-Mu, Ya Allah aku mati dan aku hidup).’ Dan apabila bangun tidur, beliau mengucapkan: “Alhamdulillahilladzii ahyaana ba’da maa amatana wailaihi nusyur (Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami, dan kepada-Nya lah tempat kembali).” (HR. Bukhari no. 6324)
Keenam, Dianjurkan tidak begadang jika tidak ada urusan penting
Diriwayatkan dari Abi Barzah, beliau berkata,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membenci tidur sebelum shalat ‘Isya dan ngobrol-ngobrol setelahnya.” (HR. Bukhari no. 568)
Ibnu Baththol menjelaskan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak suka begadang setelah shalat ‘Isya karena beliau sangat ingin melaksanakan shalat malam dan khawatir jika sampai luput dari shalat shubuh berjama’ah. ‘Umar bin Al Khottob sampai-sampai pernah memukul orang yang begadang setelah shalat Isya, beliau mengatakan, “Apakah kalian sekarang begadang di awal malam, nanti di akhir malam tertidur lelap?!” (Syarh Al Bukhari, Ibnu Baththol, 3/278, Asy Syamilah)
Selanjutnya kapan saja Rasulullah tidur? Hal ini dapat disimpulkan dari beberapa Hadist yang Insya Allah shahih.
Pertama, Rasulullah tidur di awal malam dan bangun di 1/3 malam.
Hal tersebut ditunjukkan oleh hadist di bawah ini.
“Beliau saw tidur di awal malam dan menghidupkan akhir malam.” (Mutafaq ’Alaih)
Ada beberapa hikmah dibalik itu, sebuah informasi dari internet, misalnya, mengatakan,“Dr. Moh. Sholeh dalam bukunya berjudul Tahajud, Manfaat Praktis Ditinjau dari Ilmu Kedokteran yang diterbitkan oleh Pustaka Pelajar – Jogjakarta terbitan April 2001 membedah mengenai manfaat sholat tahajjud serta tips tidur sehat.
Dari penelitiannya yang dilakukan kepada 19 santri yang sudah terpilih di Pesantren Hidayatullah Surabaya, Dr. Moh. Sholeh memperoleh informasi bahwa salat tahajjud sangat efektif membangun sistem kekebalan (imunologi) dan keseimbangan (homeostasis) tubuh.”
Kedua, Tidur/Istirahat Siang
Tidur atau istirahat siang (sesudah dhuhur sebelum ashar) dianjurkan oleh Rasulullah. Aktivitas ini disebut juga Qoyluulah. Berikut dasar-dasarnya:
Berkata Ibnu Atsir: “Qoyluulah adalah istirahat di pertengahan siang walaupun tidak tidur”.
Berdasarkan hadits: Dari Sahl Bin Sa’d dia berkata: “Tidaklah kami qoyluulah dan makan siang kecuali setelah shalat jum’at”.
Juga Rasulullah bersabda: “Qoyluulah kalian sesungguhnya syaithon tidak qoyluulah”.
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: “Hadits di atas menunjukkan bahwa qoyluulah termasuk kebiasaan para sahabat Nabi setiap harinya”.
Nah, manfaat tidur siang semacam qoyluulah pernah diteliti. Berikut penelitiannya:
“Seperti dikutip dari The Washington Post, para peneliti mengatakan, tidur siang bisa mengurangi stres, karena itulah dampaknya lebih terlihat di kalangan pria yang bekerja. Ketua tim peneliti, Dr Dimitros Trichopoulos dari Harvard School of Public Health, mengatakan di negara-negara yang tingkat kematian akibat penyakit jantung rendah, tidur siang sebentar adalah sesuatu yang lumrah.”
Ketiga, Rasulullah tidak pernah tidur sebelum sholat isya’
Seperti pada hadist di bawah ini.
“Bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘allaihi wasallam membenci tidur malam sebelum (sholat Isya) dan berbincang-bincang (yang tidak bermanfaat) setelahnya.” (Hadist Riwayat Al-Bukhari No. 568 dan Muslim No. 647 (235))
Beberapa ulama menjelaskan, sebab dibenci tidur malam sebelum isya’ adalah memungkinkan ditinggalkannya sholat isya’ pada waktunya.
Nah sobat, demikian hal-hal yang dilakukan oleh Rasulullah selama hidupnya yaitu hidup sehat ala Rasulullah. Sekian dulu sobat bahasan kali ini. Semoga kita diberi hidayah dan taufik serta kekuatan untuk mengamalkannya. Bagaimanapun ini merupakan sunnah Rasulullah SAW, InsyaAllah.
Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.
“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah tidurmu diwaktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan.”(QS. Ar-Ruum: 23).
“Dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat.“ (QS. An-Naba’: 9).
Imam Ibnu Katsir berkata : “Yaitu termasuk tanda-tanda kekuasaan-Nya Allah menjadikan sifat tidur bagi kalian diwaktu malam dan siang, dengan tidur, ketenangan dan rasa lapang dapat tercapai dan rasa lelah serta kepenatan dapat hilang”.
Ya, tidur merupakan salah satu nikmat dari Allah. Rasulullah mengajari kita bagaimana tidur yang benar dan juga waktu-waktunya.
Pertama, Lebih baik, berwudhulah dulu baru tidur
Hal ini berdasarkan hadits Al Baro’ bin ‘Azib, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Jika kamu mendatangi tempat tidurmu maka wudhulah seperti wudhu untuk shalat, lalu berbaringlah pada sisi kanan badanmu” (HR. Bukhari no. 247 dan Muslim no. 2710)
Kedua, Tidurlah dengan berbaring pada sisi kanan
Hal ini berdasarkan hadits di atas. Adapun manfaatnya sebagaimana disebutkan oleh Ibnul Qayyim, “Tidur berbaring pada sisi kanan dianjurkan dalam Islam agar seseorang tidak kesusahan untuk bangun shalat malam. Tidur pada sisi kanan lebih bermanfaat pada jantung. Sedangkan tidur pada sisi kiri berguna bagi badan (namun membuat seseorang semakin malas)” (Zaadul Ma’ad, 1/321-322).
Imam al-Barkawi menyebutkan dalam bab petunjuk menuju taqwa dalam kitab al-Tariqa al-Muhammadiyya, “Tidak disukai tidur terlentang tanpa alasan yang jelas.” Imam al-Khadimi dalam komentarnya menambahkan, “Tidur dengan posisi terlentang adalah tidurnya para Rasul dan orang-orang yang merenungkan penciptaan langit dan bumi. (pada saat tidur tanpa atap di atas kepalanya);
Tidur dengan posisi miring ke kanan adalah tidurnya para ulama dan orang-orang yang taat beribadah, tidur dengan posisi miring ke kiri adalah tidurnya orang-orang yang suka sekali makan, dan tidur dengan posisi tengkurap adalah tidurnya setan dan orang-orang kafir.” (al-Bariqa al-Mahmudiyya fi Syarh al-Tariqa al-Muhammadiyya, 4: 177).
Ketiga, Meniup kedua telapak tangan sambil membaca surat Al Ikhlash (qul huwallahu ahad), surat Al Falaq (qul a’udzu bi robbil falaq), dan surat An Naas (qul a’udzu bi robbinnaas), masing-masing sekali. Setelah itu mengusap kedua tangan tersebut ke wajah dan bagian tubuh yang dapat dijangkau. Hal ini dilakukan sebanyak tiga kali. Inilah yang dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana dikatakan oleh istrinya ‘Aisyah.
Dari ‘Aisyah, beliau radhiyallahu ‘anha berkata,
“Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ketika berada di tempat tidur di setiap malam, beliau mengumpulkan kedua telapak tangannya lalu kedua telapak tangan tersebut ditiup dan dibacakan ’Qul huwallahu ahad’ (surat Al Ikhlash), ’Qul a’udzu birobbil falaq’ (surat Al Falaq) dan ’Qul a’udzu birobbin naas’ (surat An Naas). Kemudian beliau mengusapkan kedua telapak tangan tadi pada anggota tubuh yang mampu dijangkau dimulai dari kepala, wajah, dan tubuh bagian depan. Beliau melakukan yang demikian sebanyak tiga kali.” (HR. Bukhari no. 5017).
Membaca Al Qur’an sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ini lebih menenangkan hati dan pikiran daripada sekedar mendengarkan alunan musik.
Keempat, Membaca ayat kursi sebelum tidur dan dua ayat terakhir surah Al-Baqarah
- Ayat Kursi
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menugaskan aku menjaga harta zakat Ramadhan kemudian ada orang yang datang mencuri makanan namun aku merebutnya kembali, lalu aku katakan, “Aku pasti akan mengadukan kamu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam“. Lalu Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu menceritakan suatu hadits berkenaan masalah ini. Selanjutnya orang yang datang kepadanya tadi berkata, “Jika kamu hendak berbaring di atas tempat tidurmu, bacalah ayat Al Kursi karena dengannya kamu selalu dijaga oleh Allah Ta’ala dan syetan tidak akan dapat mendekatimu sampai pagi“. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Benar apa yang dikatakannya padahal dia itu pendusta. Dia itu syetan“. (HR. Bukhari no. 3275)
- Dua ayat terakhir Surah Al-Baqarah
Allah Ta’ala berfirman,
Artinya,
“Rasul telah beriman kepada al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Rabbnya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan),’Kami tidak membeda-bedakan antara seserangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya,’ dan mereka mengatakan,’Kami dengar dan kami ta’at.’ (Mereka berdoa),’Ampunilah kami ya Rabb kami dan kepada Engkaulah tempat kembali, [285]
’ Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa):”Ya Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami bersalah. Ya Rabb kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Rabb kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.[286]”
Keutamaannya kedua ayat tersebut
Mengenai keutamaannya, terdapat hadits yang diriwayatkan Ibn Mas’ûd RA., yang berkata, “Rasulullah SAW, bersabda, ‘Barangsiapa yang membaca dua ayat di akhir surat al-Baqarah pada sutu malam, maka ia (dua ayat itu) telah mencukupinya.” (HR.al-Bukhari)
Maknanya, mencukupinya dari semua kejahatan (alias terhindar darinya). Hal ini karena makna-makna agung yang dikandung oleh kedua ayat tersebut. Menurut pendapat lain, “Dua ayat itu cukup baginya sebagai pengganti shalat malam waktu itu.”
Kelima, Membaca do’a sebelum tidur.
Dari Hudzaifah, ia berkata,
“Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam hendak tidur, beliau mengucapkan: ‘Bismika allahumma amuutu wa ahya (Dengan nama-Mu, Ya Allah aku mati dan aku hidup).’ Dan apabila bangun tidur, beliau mengucapkan: “Alhamdulillahilladzii ahyaana ba’da maa amatana wailaihi nusyur (Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami, dan kepada-Nya lah tempat kembali).” (HR. Bukhari no. 6324)
Keenam, Dianjurkan tidak begadang jika tidak ada urusan penting
Diriwayatkan dari Abi Barzah, beliau berkata,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membenci tidur sebelum shalat ‘Isya dan ngobrol-ngobrol setelahnya.” (HR. Bukhari no. 568)
Ibnu Baththol menjelaskan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak suka begadang setelah shalat ‘Isya karena beliau sangat ingin melaksanakan shalat malam dan khawatir jika sampai luput dari shalat shubuh berjama’ah. ‘Umar bin Al Khottob sampai-sampai pernah memukul orang yang begadang setelah shalat Isya, beliau mengatakan, “Apakah kalian sekarang begadang di awal malam, nanti di akhir malam tertidur lelap?!” (Syarh Al Bukhari, Ibnu Baththol, 3/278, Asy Syamilah)
Selanjutnya kapan saja Rasulullah tidur? Hal ini dapat disimpulkan dari beberapa Hadist yang Insya Allah shahih.
Pertama, Rasulullah tidur di awal malam dan bangun di 1/3 malam.
Hal tersebut ditunjukkan oleh hadist di bawah ini.
“Beliau saw tidur di awal malam dan menghidupkan akhir malam.” (Mutafaq ’Alaih)
Ada beberapa hikmah dibalik itu, sebuah informasi dari internet, misalnya, mengatakan,“Dr. Moh. Sholeh dalam bukunya berjudul Tahajud, Manfaat Praktis Ditinjau dari Ilmu Kedokteran yang diterbitkan oleh Pustaka Pelajar – Jogjakarta terbitan April 2001 membedah mengenai manfaat sholat tahajjud serta tips tidur sehat.
Dari penelitiannya yang dilakukan kepada 19 santri yang sudah terpilih di Pesantren Hidayatullah Surabaya, Dr. Moh. Sholeh memperoleh informasi bahwa salat tahajjud sangat efektif membangun sistem kekebalan (imunologi) dan keseimbangan (homeostasis) tubuh.”
Kedua, Tidur/Istirahat Siang
Tidur atau istirahat siang (sesudah dhuhur sebelum ashar) dianjurkan oleh Rasulullah. Aktivitas ini disebut juga Qoyluulah. Berikut dasar-dasarnya:
Berkata Ibnu Atsir: “Qoyluulah adalah istirahat di pertengahan siang walaupun tidak tidur”.
Berdasarkan hadits: Dari Sahl Bin Sa’d dia berkata: “Tidaklah kami qoyluulah dan makan siang kecuali setelah shalat jum’at”.
Juga Rasulullah bersabda: “Qoyluulah kalian sesungguhnya syaithon tidak qoyluulah”.
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: “Hadits di atas menunjukkan bahwa qoyluulah termasuk kebiasaan para sahabat Nabi setiap harinya”.
Nah, manfaat tidur siang semacam qoyluulah pernah diteliti. Berikut penelitiannya:
“Seperti dikutip dari The Washington Post, para peneliti mengatakan, tidur siang bisa mengurangi stres, karena itulah dampaknya lebih terlihat di kalangan pria yang bekerja. Ketua tim peneliti, Dr Dimitros Trichopoulos dari Harvard School of Public Health, mengatakan di negara-negara yang tingkat kematian akibat penyakit jantung rendah, tidur siang sebentar adalah sesuatu yang lumrah.”
Ketiga, Rasulullah tidak pernah tidur sebelum sholat isya’
Seperti pada hadist di bawah ini.
“Bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘allaihi wasallam membenci tidur malam sebelum (sholat Isya) dan berbincang-bincang (yang tidak bermanfaat) setelahnya.” (Hadist Riwayat Al-Bukhari No. 568 dan Muslim No. 647 (235))
Beberapa ulama menjelaskan, sebab dibenci tidur malam sebelum isya’ adalah memungkinkan ditinggalkannya sholat isya’ pada waktunya.
Nah sobat, demikian hal-hal yang dilakukan oleh Rasulullah selama hidupnya yaitu hidup sehat ala Rasulullah. Sekian dulu sobat bahasan kali ini. Semoga kita diberi hidayah dan taufik serta kekuatan untuk mengamalkannya. Bagaimanapun ini merupakan sunnah Rasulullah SAW, InsyaAllah.
Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.
No comments:
Post a Comment